Ada banyak suku lokal yang mendiami di daerah Kutai Timur, dan salah satu diantaranya adalah Suku Dayak Wahau atau Dayak Wehea. Suku Dayak Wehea mayoritas bermukim di Kecamatan Muara Wahau, suku Dayak Wehea menurut cerita juga pernah menjadi bagian dari kerajaan Kutai Katanegara, ketika kerajaan tersebut dikuasai oleh pemerintahan kolonial Belanda, para suku adat di Kalimantan Timur termasuk ketua suku Wehea, mendapat gelar dari kerajaan Kutai Kartanegara. Ketua adat ( raja ) suku Wehea mendapat gelar " Raja Alam ". Setelah itu pengganti Raja Alam mendapat gelar Raden Prana, setelah itu penggantinya mendapat gelar Mas Muda.
Seperti halnya dengan tradisi wilayah yang lain, suku Wehea juga membayar Bayah (upeti) ke kerajaan Kutai Kartanegara, bentuk upeti yang disetorkan bukan berupa uang akan tetapi berbentuk barang, rombongan yang akan membayar bayah tersebut mengarungi sungai dengan menggunakan perahu, dan kadang membutuhkan dua minggu untuk mencapai ke kerajaan Kutai Kartanegara, sedangkan pulangnya justru akan memerlukan waktu yang lebih lama lagi karena mereka harus mementang arus sungai.
Setiap ada pesta Erau yang dilaksanakan oleh kerajaan orang-orang Wehea datang ke pesta Erau tersebut karena diundang oleh Raja, mereka biasanya menari di acara tersebut
Pada dasarnya suku Wehea merupakan kelompok masyarakat Dayak yang tertua yang ada di Kutai Timur
Pada dasarnya suku Wehea merupakan kelompok masyarakat Dayak yang tertua yang ada di Kutai Timur