Jumat, 05 Desember 2014

Lagu Kutai Timur

Lagu, Syair dan Aransemen : Bonar Gultom


Mars Kutai Timur


Kutai Timur bumiku yang subur, warisan leluhur, pusaka tercinta
Kan kujaga dan akan kubela, dan akan kubangun makmur dan sentosa,
Oh Kutai Timur sumber kehidupan, kesejahteraan, serta kemakmuran
 Jika aku serta saudara ku rakyat Kutai Timur rukun dan berkarya

Kutai Timur tanah kelahiran, tempat dibesarkan, tempatku berkarya
Tempat aku merentangkan cita, memekarkan cinta terhadap sesama,
Oh Kutai Timur takkan kutinggalkan, takkan kulupakan spanjang kehidupan
Biar aku satu kali waktu harus pergi daku pasti pulang

Reffrein :
Ku kan bekerja sepenuh daya, dengan apapun pasti berguna






Minggu, 27 Juli 2014

SEJARAH SANGKULIRANG

Kecamatan Sangkulirang adalah bagian dari wilayah kabupaten Kutai Timur dengan luas wilayah 3522,58 km2 yang telah dimekarkan sejak akhir tahun 2000 menjadi 3 kecamatan yaitu kecamatan Sangkulirang, kecamatan Kaliorang dan kecamatan Sandaran. Dan pada tahun 2005 kecamatan Sangkulirang dimekarkan kembali  menjadi dua yaitu kecamatan Sangkulirang dan kecamatan Karangan.
Dari wilayah yang masih cukup luas, kecamatan Sangkulirang terdapat pulau-pulau yang terletak di kawasan pesisir pantai di Teluk Sangkulirang dan dibelah beberapa sungai sehingga dapat dikatakan 99% jalan laut dan sungai merupakan transportasi utama juga merpakan urat nadi perekonomian bagimasyarakat 13 desa didalamnya.

Sekilas sejarah kecamatan Sangkulirang sebelum terbentuknya pemerintah kecamatan Sangkulirang yang ada seperti pada saat ini, dalam sejarahnya Sangkulirang mengalami beberapa fase sejarah dan kepemimpinan. Secara garis besar sejarah Sangkulirang adalah sebagai berikut :

Awal mulanya Sangkulirang dimulai adanya sebuah komunitas penduduk yang diatur secara adat dan budaya yang dipimpin oleh seorang yang ditokohkan bertempat di Godang Lama  (sekarang bekas lokasi PT. Dewi Warna dan PT. Segara Timber). Pada tahun 1900-an pemerintah Kerajaan Kutai mengutus seorang yang bernama  Mas Patih Abdul Manaf untuk memerintah dan mengatur Kampung Godang dan dimasa kepemimpinannya itu pula pemerintahan Kampung Godang dipindahkan ke Benua Baru, Pulau Sangkuang yang pada perkembangannya sampai sekarang di sebut Sangkulirang. 
Pada jaman pemerintahan Belanda tahun 1930 diubah menjadi LANDSCHAP yang dipimpin oleh pejavat yang disebut Klerek dan pejabat pertamanya adalah Awang Ishak, nama jabatan Klerek juga mengalami perubahan menjadi Penjawat.
Pada tahun 1950-an nama pemerintah diubah menjadi Kawedanan yang dipimpin oleh seorang asisten Wedana dan yang menjadi pejabat pertama sebagai Asisten Wedana adalah H.M. Kaderi Oening.
Pada tahun 1960-an dari pemerintah Kawedanan berubah menjadi Pemerintah Kecamatan yang dipimpin oleh Camat yang pertama mwnjabat adalah : H.M. Rusli, BA.

Sejarah Kepemimpinan

Jaman pemerintahan Kerajaan Kutai pada tahun 1900-an yang pernah menjabat adalah :
1.  Mas Patih Abdul Manaf
2.  Mas purwo Ibrahim
3.  Ahmad Samad
4.  Mas purwo Ibrahim
5.  Raden Mahmud

Jaman pemerintahan Landschap pada tahun 1930-an
1.  Awang Ishak
2.  Kutang
3.  Abdul Karim
4.  Abdul Mukti
5.  Ibrahim
6.  H. Bambang Said Agil

Jaman pemerintahan Kawedanan pada tahun 1950-an pejabat Asisten Wedana adalah :
1.  H.M. Kaderi Oening
2.  Asnawi
3.  H. Bambang Badaruddin
4.  Abdul Gani
5.  Ibramsyah
6.  Idris Seman

Jaman pemerintahan Kecamatan Sangkulirang pada tahun 1960-an adalah :
1.  H.M. Rusli ( 1965 -1970 )
2.  Abdullah Sani, BA ( 1970 - 1975 )
3. Yusuf Japri, BA ( 1975 - 1978 )
4.  Abdul Hamid BA, (  1978 - 1983 )
5.  Sutardi, BA ( 1983 - 1985 )
6.  Drs. M. Husni Thamrin ( 1985 - 1990 )
7.  Drs. H. Acheruddin ( 1990 - 1996 )
8.  Drs. H. Idrus Yunus ( 1996 - 2000 )
9.  Thamrin, BA ( 2000 - 2003 )
10. Abdurrahman, BA ( 2003 - 2005 )
11. M. Alfian, S. Sos ( 2005 -


Rabu, 26 Februari 2014

PERANAN MASYARAKAT BUGIS PADA KERAJAAN KUTAI

Masyarakat Bugis berasal dari pulau Sulawesi yang cukup terkenal dalam bidang kemaritiman karena mereka berani mengarungi sungai, laut dan samudera kemana saja mereka inginkan. Jauh sebelum bangsa Eropa menginjakkan kaki di bumi nusantara ini mereka sudah melakukan perpindahan dari pulau ke pulau lainnya yang ada di nusantara. Seiring dengan penaklukan Belanda pada abad ke 16-17 menyebabkan sebagian dari mereka berpindah dan bercampur dengan suku lain di Sumatera, Jawa, Kalimantan, semenanjung Malaysia, Sabah dan Serawak.
Pulau Kalimantan salah satu pulau terbesar yang ada di Indonesia juga tidak luput dari sasaran imigrasi mereka, setelah jalan menuju ke Kutai mereka rintis, maka masuklah penyebar Islam ke Kutai. dalam sejarah diberitakan bahwa Islam dikembangkan pertama kali di Kalimantan Timur ( Kutai ) oleh Datuk Ri Bandang, seorang ulama melayu yang terlebih dahulu mengislamkan Gowa-Tallo kerajaan Bugis di Sulawesi Selatan yang berkolaborasi dengan Tunggang Parangan (ulama utusan Aceh), mereka berdualah yang menjadi legenda penyiaran dan pengembangan Islam di Kalimantan Timur. Makam Tuan Tunggang Parangan dipercaya terletak di desa Kutai Lama tidak jauh dari makam Sultan Mahkota yang diislamkannya.
Awal kehadiran etnis Bugis ke Kalimantan Timur diceriterakan betapa harmonisnya hubungan antara etnis Bugis dengan keluarga Kesultanan. Bahkan para Sultan Kutai memperistri gadis dari Bugis untuk menguatkan tali silaturahmi antara keduanya. Dari sinilah nantinya peran masyarakat Bugis di Kesultanan Kutai Kartanegara bermula.
Secara resmi masyarakat Bugis hadir pada masa Sultan Kutai Kartanegara pertama yaitu Pangeran Anom Panji Mndapa Ing Martadipura alias Manuh Pemarangan ( 1710 - 1735 ) yang berkedudukan di sungai Jembayan. Seorang anak Raja Paniki Arung Ma' Kuleng bernama Petta Sebengareng mencari saudaranya yang telah lama migrasi dari Sulawesi karena terjadinya perang antara kerajaan Paniki dengan kerajaan Bone yang dipimpin oleh seorang Ratu. Lama tiada kabar keberadaan saudaranya, Petta Tusingka dan Petta Turawe itu menyebabkan anak Raja Paniki, Raja Bugis ini mencarinya ke Kalimantan Timur waktu itu. Di Kalimantan Timur ia bertemu dengan putri penguasa Paser yang terkenal cantik jelita. Jatuh cintalah ia kepada putri itu, karena wabah penyakit putri paser itu meninggal dunia. Anak raja Paniki itupun amat duka dan bersedih, setelah anak buahnya memberitahukan bahwa raja Paser masih mempunyai anak perempuan dari istrinya yang lain dan kecantikannya sepadan dengan putri yang pertama bernama Andin Ajang maka giranglah hatinya, Ia sempat menculik putri itu dan dibawanya kehadapan Sinuhun Panji Anom di Jembayan untuk dinikahinya. Kemudian dinikahkanlah putri itu dengan anak raja Paniki dari Bugis oleh Sultan Panji Anom dan menetap di daerah Samarinda pada waktu itu.....( bersambung )